Biografi Al - Farabi
Nama
aslinya adalah Abu Nasr Muhammad al-Farabi lahir di Wasij, suatu desa
di Farab (Transoxania) pada tahun 870 M.6 Al-Farabi dalam sumber-sumber
Islam lebih akrab dikenal sebagai Abu Nasr.7 Ia berasal dari keturunan
Persia. Ayahnya Muhammad Auzlagh adalah seorang Panglima Perang Persia
yang kemudiaan menetap diDamsyik Ibunya berasal dari Turki. Oleh karena itu ia biasa disebut orang Persia atau orang Turki.
Sebagai
pembangun sistem filsafat, ia telah membaktikan diri untuk
berkontemplasi, menjauhkan diri dari dunia politik walaupun menulis
karya-karya politik yang monumental. Ia meninggalkan risalah penting.
Filsafatnya menjadi acuan pemikiran ilmiah bagi dunia Barat dan Timur,
lama sepeninggalnya Al-Farabi hidup di tengah kegoncangan masyarakat dan
politik Islam. Pemerintah pusat Abbasiyah di Baghdad sedang berada di
dalam kekacauan di bawah pimpinan khalifah-khalifah Radli, Muttaqi,
Mustakfi. Saat itu bermunculan negara-negara di daerah yang mengambil
alih kekuasaan.
Al-Farabi
dengan cemas hati melihat perpecahan khalifah dan kemunduran masyarakat
Islam. Sebagaimana sudah disinggung di atas, ia tidak aktif dalam
bidang politik, tetapi memberikan kontribusi pemikiran dengan menulis
buku politik untuk memperbarui tata negara. Pembaruan itu menurutnya
hanya dapat berhasil bila berakar kokoh dalam fondasi filsafat.
Walaupun
al-Farabi merupakan ahli metafiska Islam yang pertama terkemuka namun
ia lebih terkenal di kalangan kaum Muslimin sebagai penulis karya-karya
filsafat politik. Para ahli sepakat memberikan pujian yang tinggi
kepadanya, terutama sebagai ahli logika yang masyhur dan juru bicara
Plato dan Aristoteles pada masanya. Ia belajar logika kepada Yuhanna ibn
Hailan di Baghdad. Ia memperbaiki studi logika, meluaskan dan
melengkapi aspek-aspek rumit yang telah ditinggalkan al-Kindi.
Kehidupan
al-Farabi dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertama bermula dari sejak
lahir sampai usia lima tahun. Pendidikan dasarnya ialah keagamaan dan
bahasa, ia mempelajari fikih, hadis, dan tafsir al-Qur’an. Ia juga
mempalajari bahasa Arab, Turki dan Persia.
Periode
kedua adalah periode usia tua dan kematangan intelektual. Baghdad
merupakan tempat belajar yang terkemuka pada abad ke-4. Di sana ia
bertemu dengan sarjana dari berbagai bidang,diantaranya para filosof dan
penerjemah. Ia tertarik untuk mempelajari logika, dan diantara ahli
logika paling terkemuka adalah Pemikiran Metafisika Abu Bisyr Matta ibn
Yunus. Untuk beberapa lama ia belajar dengannya. Baghdad merupakan kota
yang pertama kali dikunjunginya. Di sini ia berada selama dua puluh
tahun, kemudian pindah ke Damaskus. Di sini ia berkenalan dengan
Gubernur Aleppo, Saifuddaulah al-Hamdani. Gubernur ini sangat terkesan
dengan al- Farabi, lalu diajaknya pindah ke Aleppo dan kemudian
mengangkat al-Farabi sebagai ulama istana.
Kota
kesayangannya adalah Damaskus. Ia menghabiskan umurnya bukan di
tengah-tengah kota, akan tetapi di sebuah kebun yang terletak di pinggir
kota. Di tempat inilah ia kebanyakan mendapat ilham menulis buku-buku
filsafat. Begitu mendalam penyelidikanya tentang filsafat Yunani
terutama mengenai filsafat Plato dan Aristoteles, sehingga ia digelari
julukan Mu’alim Tsani (Guru Kedua), karena Guru Pertama diberikan
kepada Aristoteles, disebabkan usaha Aristoteles meletakkan dasarilmu
logika yang pertama dalam sejarah dunia.
Al-Farabi
menunjukkan kehidupan spiritual dalam usianya yang masih sangat muda
dan mempraktekkan kehidupan sufi. Ia juga ahli musik terbesar dalam
sejarah Islam dan komponis beberapa irama musik, yang masih dapat
didengarkan dalam perbendaharaan lagu sufi musik India.20 Orde
Maulawiyah dari Anatolia masih terus memainkan komposisinya sampai
sekarang.
Al-Farabi
telah mengarang ilmu musik dalam lima bagian. Buku-buku ini masih
berupa naskah dalam bahasa Arab, akan tetapi sebagiannya sudah
diterbitkan dalam bahasa Perancis oleh D’Erlenger. Teorinya tentang
harmoni belum dipelajari secara mendalam. Pengetahuan estetika al-Farabi
bergandengan dengan kemampuan logikanya. Ia meninggal pada tahun 950 M
dalam usia 80 tahun.
Ia
meninggalkan sejumlah besar tulisan penting. Karya al-Farabi dapat
dibagi menjadi dua, satu diantaranya mengenai logika dan mengenai subyek
lain. Tentang logika al-Farabi mengatakan bahwa filsafat dalam arti
penggunaan akal pikiran secara umum dan luas adalah lebih dahulu
daripada keberadaan agama , baik ditinjau dari sudut waktu (temporal)
maupun dari sudut logika. Dikatakan “lebih dahulu”dari sudut pandang
waktu, karena al-Farabi berkeyakinan bahwa masa permulaan filsafat,
dalam arti penggunaan akal secara luas bermula sejak zaman MesirKuno dan
Babilonia, jauh sebelum Nabi Ibrahim dan Musa. Dikatakan lebih dahulu
secara logika karena semua kebenaran dari agama harus dipahami dan
dinyatakan, pada mulanya lewat cara-cara yang rasional, sebelum
kebenaran itu diambil oleh para Nabi.
Karya al-Farabi tentang logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari karya Aristoteles Organon,
baik dalam bentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan tulisan
ini masih berupa naskah dan sebagain besar naskah-naskah ini belum
ditemukan. Sedang karya dalam kelompok kedua menyangkut berbagai cabang
pengetahuan filsafat, fisika, matematika dan politik. Kebanyakan
pemikiran yang dikembangkan oleh al-Farabi sangat berafiliasi dengan
system pemikiran Hellenik berdasarkan Plato dan Aristoteles.
Diantara judul karya al-Farabi yang terkenal adalah :
1. Maqalah fi Aghradhi ma Ba’da al-Thabi’ah
2. Ihsha’ al-Ulum 25
3. Kitab Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah
4. Kitab Tahshil al-Sa’adah
5. ‘U’yun al-Masa’il
6. Risalah fi al-Aql
7. Kitab al-Jami’ bain Ra’y al-Hakimain : al-Aflatun wa Aristhu
8. Risalah fi Masail Mutafariqah
9. Al-Ta’liqat
10. Risalah fi Itsbat al-Mufaraqat
Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian.
- Logika
- Ilmu-ilmu Matematika
- Ilmu Alam
- Teologi
- Ilmu Politik dan kenegaraan
- Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah)